IMAJINASI JIWA
SENJA SABTU SORE
Sore ini aku berlari di
pantai panjang lalu tiba-tiba ada yang menyapa, Hey! hanya sebatas itu saja
kemampuan berlarimu?, Aku selalu tepat berada dibelakang mu, Ayo larilah
lebih kencang! lihat orang-orang yang ada di depan jauh meninggalkan langkah
kaki mu yang lemah itu.
Diamlah! kataku pada dia yang menyapa
dengan mencela membuat jengkel saja huft...
Aku selalu tepat
dibelakang mu, katanya lagi lagi mengejekku.. Pohon cemara menggeleng geleng
pikir ku mereka akan membela ku tapi ternyata ikut menyela ku, Yay tak melihatkah
engkau orang berlari dengan kencang tapi kau lambat bagaikan siput. Perkataan
yang jelas menggoyahkan mentalku disaat fisik ku sudah lelah berlari dari ba’da
ashar tadi, dan kalian tau? sekarang pukul 17.30 WIB yg berarti magrib menanti.
Ombak juga ikut ikutan menghina ku jelas sekali terdengar “kamu tak ada kemampuankah?” Pertanyaan apa ituu? Membuat ku
semakin sedih. Sudah ah! Cukup?! Aku pulang saja kalau kalian begini
padaku. Pasir pantai mencoba melirik ku. Yg sedang menunduk. Ini malam minggu
tapak kaki yang kau buat hanya sepasang. Lihat yang lainnya membentuk dua
pasang kaki yang berjalan lalu bergandeng tangan. Hah!! bodok kataku. Sekarang aku akan pulang.
Dari belakang ada yang
memanggil manggil namaku, paras nya sungguh indah tampak nya ia baru
datang. Yay mereka tidak mengejek mu justru mereka memberi semangat untuk mu
menjadi lebih kuat lebih kuat dari sebelumnya. Bijaksana sekali. Aku kenal dia biasa mereka menyebutnya senja. Dia
begitu baik, kaki ku berjalan pelan baru sebentar aku mendengar kata kata
menentramkan itu. Tapi dia pamit dan berlalu. Aku tak mau mendengar ocehan cemara,
ombak dan pasir pantai. Cepat cepat aku berlari ke parkiran meski debu dan
angin membujuk ku untuk jangan pergi dulu. Atau malah mengusir ku dengan
bertanya. Kenapa pergi? Kenapa tak dari
tadi? Tunggu di usir dulu ya? Kacau aku ingin mengadu pada sunset yang bijaksana
tapi ia semakin hilang meski tampak semakin rupawan namun semakin lenyap dalam
pandangan.
Ku hidupakan motor ku, aku
pergi berlalu, sepanjang perjalanan jelas cemara lain nya bertanya tanya
kenapa dan dan ada apa padaku, cemberut disetiap perjalanan berendara. Menyesal
membuat ku marah. Aku tetap menarik gas motor ku. Sekarang giliran motor ku yg
ceramah. Tak usah lah bersedih begitu. Suara
paraunya jelek sekali terdengar. iya motor ini sering sakit sakitan akibat oli
yang jarang ku ganti. Kata mamang bengkel harusnya sebulan sekali. Tapi
bandelnya aku ganti oli kulakukan tiga hingga empat bulan sekali. Baiklah
sekarang aku sudah sampai di jalur tapak jedah dan sudah tak terlihat lagi
cemara serta teman temannya. Lagi, tapak jedah pun menegurku. Yay sudahlah
akhir dari semua nya dunia ini ya disini, Bukan tapak jeda tapi Liang lahat
yang kumiliki.
Pahamkan maksudku? Hmmm iya, terimakasih
telah menghibur dan mengingatkan aspal aspal pun demikian, Tersenyum ramah padaku.
Merayuku, dengan menutup lubang di jalanan. Begitu pula lapangan golf yang
memanggil tapi bukan untuk mengajak ku masuk ke arenanya karena tau aku
takkan sanggup masuk untuk membayar bermain golf mereka hanya mencoba
menghibur ku.. Aku mulai tersenyum. Hingga sampai d simpang perumdam. Bertemu
gapura yg menegurku pula yay. dari mana
aja? Joging jawabku.
Sampai di rumah pun demikian kata pagar masuklah makan lah dulu.
Perhatian sekali. Banyak yang menyayangiku. Pikir ku lagi.
Baru akan istirahat.. Aku tertegun oleh panggilan baju kering yang terjemur yay sampai kapan kau akan menjamur kami?
Angkatlah.
Siap laksanakan 18.10 Adzan Magrib
berkumandang
Semua jemuran telah dilipat dan diletakkan pada posisinya
MAGRIB
#janganlupabersyukur
@riaanzalena
Komentar
Posting Komentar